Pages

Kisah Sunan Kalijaga dan Ki Ageng Pandan Arang


Konon pada abad ke 16 , Semarang di perintah oleh seorang Bupati yang amat tamak dan tidak mengenal rasa perikemanusian. Bupati itu bernama Ki Ageng Pandan Arang. Yang di pikirkan Bupati Semarang ini hanyalah harta dan kekayaan. Dia lupa akan kewajibannya sebagai seorang Bupati. Bahkan Ki Ageng Pandan Arang ini telah lupa terhadap tuhannya. Ki Ageng Pandan Arang sendiri merupakan Bupati ke tiga sejak daerah Semarang di jadikan sebagai kota. Ia merupakan cucu Ki Made Pandan yang merupakan pendiri kota Semarang.
Kabar ini pun tersiar sampai ke Demak  yang merupakan pusat pemerintahan saat itu. Sultan Demak pun segera mengirimkan utusannya untuk memastikan kebenaran berita itu. Setelah memastikan kebenaran berita itu , sultan Demak pun merundingkan masalah ini dengan para Walisongo. Sebagai hasil diutuslah Sunan Kalijaga untuk menyadarkan  Ki Ageng Pandan Arang.
Berangkatlah Sunan Kalijaga ke Semarang. Pada permulaannya Sunan Kalijaga pun menyamar sebagai seorang pencari rumput dan pergi ke kediaman Ki Ageng Pandan Arang. Ia pun menawarkan rumput yang ia bawa untuk di beli sebagai makanan kuda Ki Ageng Pandan Arang.
"rumput yang bagus kisanak...berapa harganya???" tanya Ki Ageng Pandan Arang
"Permisi tuan...sudilah tuan berkenan membeli rumput untuk makanan kuda atau ternak tuan???" Sunan Kalijaga yang menyamar sebagai pencari rumput mengawali pembicaraan.
Ki ageng Pandan Arang yang berada di depan rumah pun menoleh kepada pencari rumput ini dengan pandangan sinis dan meremehkan. Tapi ia segera tertarik akan rumput yang di bawa pencari rumput ini yang masih begitu segar dan hijau.
"Kisanak....alangkah segarnya rumput yang kau bawa ini. Darimana kamu memperolehnya?dan berapa harga yang kamu mau untuk sekeranjang rumput ini?" tanya Ki Ageng Pandan Arang terheran.
"Rumput ini saya peroleh dari gunung Jabalkat tuan...sebuah tempat yang membawa berkah dan karomah...anda bisa memilikinya dengan menukar seluruh harta benda yang tuan Bupati miliki..."bertutur si pencari rumput ini.
"Gila kamu...mana mungkin rumput sesegar ini berasal dari Jabalkat yang letaknya jauh dari sini...yang lebih gila lagi mana mungkin aku menukar seluruh hartaku untuk sekeranjang rumput ini...ahhh ...pergi kamu..." dengan nada keras Ki Ageng Pandan Arang mengusir pencari rumput ini. Pencari rumput pun berlalu pergi...
Ke esokan harinya kembali lagi Ki Ageng Pandan Arang didatangi pencari rumput ini dan dialog yang sama terulang kembali. Dialog pun berakhir dengan di usirnya kembali sang penjual rumput oleh Ki Ageng Pandan Arang.
ke esokan harinya kembali sang pencari rumput mendatangi kediaman Ki Ageng Pandan Arang untuk ke tiga kalinya. Dialog yang sama pun terjadi lagi. Tapi kali ini sang penjual rumput berargumen lebih kuat sehingga membuat jengkel Ki Ageng Pandan Arang.
"Kisanak!!!! Mana mungkin ada yang mau membeli rumputmu dengan harga seluruh hartanya!!!!!" berkata Ki Ageng Pandan Arang dengan nada yang keras. "Lagipula dengan jumlah kekayaanku yang tak terbatas ini...aku bisa membeli beratus-ratus , bahkan beribu-ribu keranjang rumput..."lanjut Ki Ageng Pandan Arang.
"Benarkah begitu tuan..???" tanya si penjual rumput dengan halus.
"Apa maksud pertanyaanmu?..tentu saja...lha wong aku ini orang terkaya di negeri ini...tidak ada orang yang lebih kaya dariku..." Ki Ageng Pandan Arang mulai menyombongkan diri. Di dalam pandangan matanya semua ia anggap lebih rendah.
"Anda salah tuan? Ada yang lebih kaya dari anda di negeri ini..."
"O ya , siapa???kamuuu...gembel kaya kamu mana bisa memiliki harta sebanyak aku...hahahahaha"
"Sesungguhnya Allah SWT lebih kaya dari siapapun...termasuk tuan sendiri atau saya sekalipun...Allah maha kaya dan kekayaannya meliputi seluruh alam semesta ini termasuk kuasa-Nya yang dapat memberi dan menghilangkan kekayaan seseorang dalam kedipan mata...saking kaya-Nya beliau...beliau dapat memberikan harta kepada saya yang lebih banyak dari yang tuan punya jika beliau berkehendak..."

Merah padam muka Ki Ageng Pandan Arang mendengar ucapan bijak sang pencari rumput ini. Kemudian bupati Semarang ini berkata dengan nada yang tinggi.
" ahhh...jangan berceramah di depanku kisanak...dulu aku memang menyembah tuhan seperti tuhan yang ku sembah. Tapiii...mana hasilnya?!!??ratusan kali aku bersujud tak juga aku menjadi kaya dan makmur...terus aku bekerja , bekerja dan bekerja tanpa menyembah tuhan…akupun jadi kaya…lihat tanpa tuhanmu pun sekarang aku jadi kaya…aku tak percaya pada tuhanmu...” berdalih Ki ageng Pandan Arang
"Begini saja...jika tuhanmu itu memang bisa membuatmu kaya...aku tantang kamu untuk membuktikannya padaku sekarang juga. Jika kamu bisa menjadi kaya hari ini juga aku akan berguru padamu!!!!" lanjutnya menantang dengan ketus
"Baiklah jika itu mau tuan...tapi ingat saya melakukan ini semua karena Allah...dan bila berhasil itu juga semata karena Allah SWT.."
Kemudian pencari rumput ini mengambil cangkul yang ia bawa. Dengan cangkul itu mulailah ia menggali tanah di pekarangan rumah ki Ageng Pandan Arang. Melihat prilaku si pencari rumput ini tertawalah Ki Ageng Pandan Arang. Ia pun berujar mengolok-olok si pencari rumput...
"Hahaha...apa yang mau kamu cari di pekaranganku ini kisanak...batu? ...hahahaha...."
Mendengar olok-olokan dari Ki Ageng Pandan Arang , si pencari rumput ini hanya diam dan tetap melanjutkan mencangkul tanah. Ki Ageng Pandan Arang tetap tertawa terbahak-bahak...kemudian tiba-tiba suara tawanya berhenti tatkala melihat apa yang dicangkul oleh pencari rumput ini.
terperangah Ki Ageng Pandan Arang
Sungguh ajaib.. Di antara bongkahan tanah yang dicangkul oleh pencari rumput ini terselip Bongkahan-bongkahan emas berkilauan. Lebih dalam pencari rumput ini menggali , semakin banyak bongkahan emas yang terlihat..terbelalak mata Ki Ageng Pandan Arang melihat kejadian ini. Si pencari rumput ini kemudian berhenti mencangkul dan dengan mata yang tajam menatap Ki Ageng Pandan Arang. Kemudian ia pun berkata dengan suara yang berat..
"Bagaimana tuan...masikah tuan berani mengaku sebagai yang paling kaya?? Dengan izin Allah , emas pun bisa didapat dari tanah ini..."
Terdiam Ki Ageng Pandan Arang..kemudian terbersit sifat serakah di pikiramnya.
"Tidak bisa kisanak...emas ini kamu dapat dari pekaranganku. Jadi secara otomatis emas ini menjadi milikku!!!" berteriak Ki Ageng Pandan Arang sambil berlari menghampiri pencari rumput. Kemudian Ki Ageng Pandan Arang pun merebut cangkul yang dibawa si pencari rumput.
"Akan ku gali lebih dalam lagi supaya emas yang kudapat lebih banyak laaaa..." belum sempat menyelesaikan perkataannya , Ki Ageng Pandan Arang pun terkejut karena bongkahan emas yang semula terlihat menggunung tiba tiba menghilang dan berubah menjadi bongkahan tanah..tertegun Ki ageng Pandan Arang melihat kejadian ini...
"Sangat mudah pula gusti Allah mengambil kekayaan dari seseorang dalam 1 kedipan mata...bahkan harta yang tuan banggakan itu bisa di ambil-Nya saat ini juga..." berujar si pencari rumput dengan nada yang penuh wibawa.
Ki Ageng Pandan Arang menoleh dan menatap si pencari rumput dengan pandangan yang kosong. Kemudian si pencari rumput-pun melanjutkan perkataannya...
"Kekayaan itu bukan jaminan tuan...itu tidaklah kekal...itu hanya titipan...dan yang namanya titipan suatu saat akan di ambil kembali oleh yang punya...sadarlah wahai Ki Ageng Pandan Arang...bangunlah dari tidurmu..."
Kata-kata si pencari rumput ini begitu lembut namun berwibawa. Tersentuh hati Ki Ageng Pandan Arang. Sudah lama dia tidak merasakan perasaan seperti ini. Kemudian Ki ageng pandan arang  pun merasa penasaran dengan pencari rumput yang misterius ini. Pikirnya tidak mungkin ada seorang tukang mengurus ternak yang memiliki kesaktian seperti ini. Ki Ageng Pandan Arang pun akhirnya bertanya
"Siapakah anda sebenarnya kisanak?anda pasti bukan orang biasa...." berbeda dengan sebelumnya kali ini Ki Ageng Pandan Arang bertanya dengan nada yang sopan.
"Aku hanyalah salah satu hamba Allah , tuan..."
"saya mohon...beritahu kepada saya yang hina ini...siapakah gerangan anda ini , kisanak..."
"....baiklah tuan...saya akan memberitahu siapa saya ini..."
si pencari rumput ini akhirnya menyerah dari desakan pertanyaan Ki ageng Pandan Arang. Kemudian ia pun melanjutkan ucapannya..
"Sejatinya aku ini adalah utusan dari Kerajaan Demak Bintara...kesukaanku memakai baju hitam...dulu sering disebut sebagai brandal Lokajaya...tuan pun mengenal saya...." seketika itu juga diangkatlah caping yang sejak tadi menutupi wajah pencari rumput ini. Seketika itu pula kagetlah Ki Ageng Pandan Arang. Dia kemudian jatuh bersimpuh dengan gemetar...
"Mohon ampun atas kelancangan hamba ini ....saya tidak tahu kalau tuan ini adalah kanjeng Sunan Kalijaga...beribu-ribu ampun...tuan sunan..."berkata Ki Ageng Pandan Arang dengan terbata-bata.
"Bangunlah saudaraku...sungguh engkau tak pantas bersimpuh karena siapa aku...hanya kepada Allah engkau harus bersimpuh dan bersujud..." berkata si pencari rumput ini yang ternyata adalah Sunan Kalijaga sambil membantu Ki Ageng Pandan Arang untuk berdiri.
"Ketahuilah saudaraku Ki Ageng Pandan Arang...kedatanganku ke kediamanku karena banyaknya laporan atas dirimu yang memerintah daerah Semarang ini dengan tidak benar dan sewenang-wenang. Apakah kamu mengakui semua kesalahanmu saudaraku..." lembut tutur kata Sunan Kalijaga di iringi dengan anggukan Ki Ageng Pandan Arang. Ia tidak berani mengangkat wajah apalagi menatap wajah Sunan Kalijaga.
“ injih kanjeng sunan…saya akui saya memang salah. Saya selama ini khilaf akan duniawi. Kiranya kanjeng sunan sudi dan berkenan menuntun saya kembali ke jalan yang benar…terimalah saya sebagai murid kanjeng sunan…” Ki Ageng Pandan Arang benar-benar menyadari kekeliruannya terhadap harta duniawi. Pertemuannya dengan Sunan Kalijaga benar-benar membuka matanya. Tekadnya sudah bulat untuk bertobat.
“Alhamdulillahhh…sesungguhnya tak ada yang menyimpang dari bapak dan kakekmu saudaraku..mereka semua orang yang shaleh dan adil. Kembalilah ke Syariat islam..dan Jika memang niatmu memang sudah bulat aku bersedia membimbing dan menjadi gurumu….” Kata-kata Sunan Kalijaga seperti hujan di musim kemarau. Betapa senang hati Ki Ageng Pandan Arang mendengarnya.
Dan begitulah…sejak saat itu Ki Ageng Pandan Arang menjadi murid dari Sunan Kalijaga. Dia pun memerintah Kota Semarang dengan lebih adil dan bijaksana. Kota Semarang pun semakin maju dan makamur…

Jati parianto

Phasellus facilisis convallis metus, ut imperdiet augue auctor nec. Duis at velit id augue lobortis porta. Sed varius, enim accumsan aliquam tincidunt, tortor urna vulputate quam, eget finibus urna est in augue.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar