Pada zaman dahulu, tempurung
kura-kura sebelumnya tak memiliki corak kotak kotak menyerupai retakan retakan.
Malah tak bercorak alias mulus mulus saja. Prilaku kura kuralah yang
menyebabkan tempurung pada punggungnya menjadi seperti itu.
Kura-Kura dikenal sebagai binatang
yang malas. Seluruh penghuni hutan mengenalny. Dia lebih suka mengurung diri
didalam tempurungnya. Sesekali kepalanya muncul untuk melihat dunia luar.
Terutama kalau dia sudah mulai lapar dan mencari-cari makanan. Dan soal mencari
makanan , kura-kura dikenal sangat rakus. Semua makanan yang bisa dimakan
dilahapnya sampai habis. Dari daun-dauanan,rumput dipinggir kolam sampai
mengambil makanan binatang lain.
Kura-kura tinggal disebuah kolam ditengah
hutan. Kolam itu menyediakan air bagi seisi makhluk hutan. Binatang manapun
akan menuju kolam itu apabila haus. sering sekali para binatang membawa makanan
yang enak enak bila menuju ke kolam. Kesempatan ini digunakan oleh kura kura
untuk mengambil makanan para binatang. Para binatang diajaknya bercengkerama
sehingga mereka lengah dan dengan mudah si kura kura mengambil makanan mereka.
Atau terkadang kura-kura berpura-pura menyediakan jasa penitipan makanan. Yang
terjadi adalah diluar perkiraan para binatang. Begitu para binatang asyik
menenggak air, kura-kura melarikan makanan itu.
Seluruh binatang mengeluhkan
perilaku kura-kura yang buruk itu. Mereka lalu bersepakat untuk tak membawa
apapun sewaktu hendak ke kolam. Mereka akan meninggalkan terlebih dahulu
disarang atau ditempat tersembunyi. Lama-lama, kura-kura pun menemui kesulitan.
Tak ada lagi hewan yang bisa ditipu. Makanan disekitar kolam pun mulai habis
dan tak bisa memenuhi nafsu makannya yang besar.
Pada suatu hari, sekawanan burung
hinggap di pepohonan disekitar kolam. Mereka menjadikan kolam itu sebagai
tempat pertemuan. Ratusan , bahkan ribuan burunghinggap disetiap ranting
ranting pohon. Burung elang yang menjadi pemimpin membuka rapat para burung.
“teman-teman , sudah menjadi agenda kita bersama untuk
menuju kelangit menemui dewa kita. Karena atas perkenaan dewa burunglah ;
rezeki kita dapat terus mengalir. “ kata
Elang.
Seluruh burung mnyimak cermat.
“Kita harus membuat dewa burung senang hatinya. Tidak boleh
dia bermuka masam yang nantinya akan berakibat juga pada peruntungan
kita………..tanda dari perkenaan dewa burung adalah tersedianya hidangan yang enak
dan melimpah sewaktu kita bertandang kesana” ujar elang lagi.
“Untuk itulah kita memerlukan juru bicara yang ulung dan
bisa menyenangkan hati dewa burung…adakah kiranya diantara kita yang bisa
melakukannya????” Tanya si elang
melanjutkan bicaranya
Tak ada yang menyahut pertanyaan si
elang. Tak ada yang mengajukan diri. Burung-burung sadar benar beban berat yang
disandang sebagai juru bicara. Makanya tak ada satupun yang berani menawarkan
diri.bahkan elang pun menyatakan ketidak sanggupannya.
Kura-kura pun juga mendengar
pembicaraan burung-burung ini. Seperti biasa; ia sedang bermalas-malasan
didalam tempurungnya. Mula mula ia tak peduli dengan pertemuan burung-burung
ini.tetapi ketika mendengar adanya makanan dan hidangan yang enak-enak,
mengalirlah air liurnya. Dengan seksama ia mendengarkan kata-kata elang. Dan
ketika dia mendengar para burung kesulitan menentukan siapa juru bicara untuk
sang dewa; diapun tak menyia-nyiakan kesempatan ini.
Kura-kurapun berteriak lantang “AKU BERSEDIA JADI JURU BICARA KALIAN!!!”
Elang pun terkejut dan berusaha
mencari asal suara yang berasal dari bawah. Dia melihat-lihat kebawah dan hanya
kura-kura yang ada disana.
“Hai kura-kura…apakah kamu yang tadi bicara?” Tanya si elang.
“Benar yang mulia elang” jawab kura-kura
Disebut yang mulia , elang merasa
tersanjung dan lupa kalau kura-kura adalah binatang yang licik.
“Tapi kamu bukan burung,kura-kura. Bagaimana caramu kesana
bila engkau saja tak bisa terbang. Lagipula pertemuan ini hanya untuk burung” sanggah burung gagak.
“Memang aku bukan burung , tapi itu semua bisa diatur…”sahut kura-kura.
“Maksudmu???”
Tanya burung kepodang keheranan.
“caranya gampang saja….serahkanlah satu helai bulu kalian
buatku. Pasangkanlah ke tubuhku sehingga aku memiliki sayap dan bisa terbang
menemui dewa kalian…bagaimana???”
Para burung pun berunding. Mereka
akhirnya setuju dengan tawaran kura-kura. Dilepaslah satu helai bulu dari setiap
burung dan ditempelkan ke tubuh kura-kura hingga menutup tubuhnya dan membentuk
sayap dan kura-kura bisa terbang.
Pada waktu yang ditentukan ;
terbanglah mereka termasuk sang kura_kura yang sudah menjadi burung
jadi-jadian. Tempat dewa burung itu ada diatas langt yang tinggi. Sesampai
disana , mereka segera menemui dewa burung. Kura-kura benar- benar menunjukan
kepiawaiannya merayu Dewa Burung. Mulut manisnya sanggup membuat Dewa Burung
tersanjung, tersenyum-senyum, bahkan tertawa terbahak-bahak mendengar cerita
cerita lucunya. Awalnya ; dewa burung sebenarnya curiga akan bentuk burung
kura-kura yang aneh. Namun kecurigaannya lenyap setelah mendengar bualan
kura-kura.
Tujuan pertemuan itupun tercapai
begitu makanan yang sedap dan enak dihidangkan. Mula-mula para burung gembira
karena ini berarti rezeki mereka bakalan terjamin sampai setahun kedepan.
Sebagai balas budi dan tanda terima kasih ,mereka mempersilakan kura-kura
menyantap hidangan sedap itu terlebih dahulu. Tapi ternyata kura-kura tak mau
berhenti memakan hidangan itu. Setiap kali makanan disajikan , langsung tandas
ke perut kura-kura. Hal ini terus berulang sampai-sampai dimeja tak ada makanan
yang tersisa. Para burung pun menggerutu dan marah. Pada akhir acara , setiap
burung dengan penuh rasa marah , kembali mencabut setiap bulunya yang menempel
ditubuh kura-kura hingga tak tersisa satu helai pun. Kura-kura pun kebinggungan
karena tak bisa terbang dan kembali turun ke daratan.
“kasihinilah aku, para burung..aku punya anak dan istri.
Bagaimana nasib mereka bila aku mati…”
ratap kura-kura. “kalau bisa , aku minta
tolong temuilah istriku dibawah sana untuk menyiapkan kasur yang empuk agar aku
bisa jatuh dengan selamat….tolonglahhh….” pinta kura-kura lagi.
Karena merasa iba , di penuhilah
permintaan kura-kura. Burung gagak diutus untuk menemui dan menyampaikan pesan
kura-kura. Tapi karena burung gagak masih merasa jengkel , permintaan kura-kura
ini tak begitu saja di turuti. Setiba dirumah kura-kura , dia menyampaikan
pesan yang berbeda. Burung gagak mengatakan kepada istri kura-kura untuk
menyiapkan bebatuan dipekarangan rumahnya.
Sementara itu dari atas kura-kura
melihat kebawah dengan seksama. Ia merasa melihat istrinya sedang menyiapkan
kasur diatas tanah padahal bebatuan yang ada disana. Dari atas tak terlihat
bedanya antara kasur yang empuk dan batu yang keras. Karena merasa yakin yang
disiapkan istrinya adalah kasur, kura-kura pun melompat terjun bebas dari
langit kebawah. Tubuh kura-kura pun jatuh berdebam di atas batu-batu itu.
Tetapi ia tidak mati karena dilindungi tempurung yang kuat. Meski begitu , pada
tempurung kura-kura langsung tercetak retakan retakan yang membentuk
kotak-kotak segi enam. Semua itu akibat sifat rakusnya dan semenjak itulah
tempurung kura-kura menjadi seperti yang sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar